Baru tahun ini aku mengalami lebaran tidak di rumah.
Lebaran-lebaran sebelumnya selalu kurayakan di rumah bersama keluargaku. Tapi sejak
April 2012 kemarin ceritanya aku bekerja di Balikpapan dengan kontrak setahun
di sini. Tidak terasa hari berganti, bulan berjalan dan Ramadhan datang, yang
artinya sebentar lagi lebaran. Dan aku terjebak di Balikpapan tanpa bisa
membeli tiket untuk pulang. Bukannya tanpa perencanaan untuk membeli tiket
sebelumnya, tapi aku memang waktu itu belum punya uang untuk membeli tiket. Dan
di saat aku sudah punya sedikit tabungan harga tiketpun melambung tinggi,
melebihi cita-cita muliaku untuk bersilahturahmi dengan orang-orang terdekat di
rumahku.
Tapi nggak ada yang harus disesali dengan gagalnya mudik.
Paling nggak, uang yang telah aku tabung untuk membeli tiket bisa aku kirimkan
ke rumah supaya aktifitas lebaran di rumah tetap bisa berjalan dengan aman.
Keuntungan lainnya, aku terbebas dari pertanyaan-pertanyaan klasik basa-basi
yang selalu menjadi trend di musim lebaran misalnya
"Kamu sekarang kerja dimana, dimana kantornya?"
"Kamu kapan lulusnya?"
Sampai pertanyaan yang menjatuhkan mental seperti
"Mana pacarmu kok nggak dikenalin?" atau
"Kapan nikahnya, kok belum ada undangannya ya?"
Nah kan? Nggak mudik bukan berarti harus sedih, semua pasti
ada hikmahnya. Paling nggak buat kali ini aku bisa menunda menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.
apakah.........
ReplyDelete