12/12/2012

Berbagilah, Lalu Bahagialah.


Suatu malam, di sebuah warung nasi dan mie goreng di pinggir jalan, aku menikmati makan malamku sendiri. Warung itu tidak begitu ramai, hanya ada aku dan 3 orang lainnya yang sedang berbincang seusai menikmati makan mereka. Masih banyak meja  dan kursi kosong. Waktu itu memang sudah terlalu larut untuk makan malam, tapi aku lebih menikmati makan malam di jam-jam seperti ini, yang pasti nggak banyak antrian dan pasti dapet tempat duduk.
Pesananku datang, sepiring mie goreng dengan tambahan rajangan lombok yang banyak. Aku menikmati sesuap demi seuap mie gorengku. Di tengah makan malamku, aku dipaksa menoleh oleh suara anak kecil. 

"Om, minta uang buat beli buku oom.." Aku melihat 2 anak kecil. Satu anak kira-kira berumur 9 tahun dan satu lagi seorang anak yang badannya lebih kecil, mungkin itu adiknya. Pakaian mereka nggak begitu kumal walaupun mereka nggak memakai alas kaki.

"Aduh, kamu ngapain malem gini minta-minta? Siapa yang nyuruh? Bapakmu? Sini suruh sini!" kataku sok jagoan yang nggak dipedulikan oleh kedua anak itu.

"Oom.. buat beli buku oom.." Rengeknya terus menerus.

"Iya Oom.. Iya oom.." Tambah si kecil.

Aku terenyuh melihat terhadap 2 anak itu. Ini sudah hampir jam 11 malam dan mereka masih minta-minta (atau mengemis dalam bahasa kasarnya). Alasan membeli buku atau membeli rumah akupun nggak peduli, yang jelas anak-anak ini meminta-minta kepada orang lain, jelas cara yang salah. Nggak tau siapa yang menyuruh dan mengajari mereka.

"Gini, aku nggak mau ngasih duit buat kamu buat beli apapun, tapi kalo kamu mau makan oom bayarin." Kataku tegas. "Mau nggak?" Tambahku.

Dua orang anak tersebut saling melihat dan akhirnya menoleh padaku sambil mengangguk.

"Ya udah sana, pesen sama bapak itu." Kataku sambil menunjuk bapak penjual mie sambil memanggilnya.

"Nasi goreng pak, kamu apa?" Kata si anak yang berbadan besar.

"Sama.." Jawab si anak yang lebih kecil pelan sambil malu.

"Pak, tolong anak-anak ini dibuatin 2 nasi goreng." Kataku kepada bapak penjaga warung.

"Minumnya apa dek?" kata si bapak itu.

"Es teh." Jawab si anak yang kecil.

"Es teh juga." Jawab si anak yang besar

"Dua nasi goreng sama 2 es teh pak. Nanti saya yang bayar." Jelasku kepada bapak penjual. Si bapak mengangguk dan mengiyakan.

"Sini, kamu duduk sini." Kataku kepada dua anak itu sambil menunjuk kursi panjang yang juga aku duduki. 
Mereka mendekat lalu duduk di sampingku.

"Kalian ini sekolah apa nggak? Jam segini kok belum tidur malah keluyuran minta uang?"

"Sekolah om, besok masuk siang." Jawab si anak yang besar.

"Aku juga besok masuk siang, jam dua belas oom." Kata si kecil semangat.

Aku tersenyum, tapi malah jadi bingung, kenapa semua masuk siang? SD mana di jaman sekarang yang masuk siang? Tapi sudahlah, aku nggak membahas itu lebih jauh dengan anak-anak ini."

"Tak kasih tau ya,nggak baik anak-anak keluyuran malem-malem gini. Kalian nggak takut sakit? Pake minta-minta pula. Itu namanya kalian tergantung sama orang lain. Kalian besok mau jadi apa kalau tergantung sama orang lain? Iya kalo orang lain punya uang, kalo nggak punya? Itu nggak baik buat kehidupan kalian di masa depan. Kamu tahu kan memberi lebih baik daripada menerima? Yaitu yang harus kalian camkan mulai dari sekarang. Kalau pengen uang ya harus kerja. Jangan malah minta sama orang. "

Anak-anak itu cuma diam sambil melihatku. Keliatannya aku mengoceh terlalu banyak kepada anak-anak itu, dan anak-anak itupun keliatannya nggak peduli. Akupun keliatannya sadar akan hal itu dan lalu terdiam merasa telah berpentas monolog di hadapan 2 bocah. 

Bapak penjual datang membawa pesanan mereka, 2 piring nasi goreng dan 2 gelas es teh.

"Ini, habiskan. Jangan sampe nggak habis." Kata si bapak penjual kepada anak-anak itu.  

Anak-anak itu makan dengan lahapnya seakan-akan belum pernah makan nasi goreng sebelumnya. Aku miris melihatnya tapi akupun lalu meneruskan juga makan malamku.

Nggak berapa lama, di saat aku menghabiskan sisa-sisa mie gorengku. Suara anak kecil lagi-lagi memaksaku untuk menoleh.

"Oom.. Kasih uang buat makan oom.." Kali ini kulihat seorang anak yang kira-kira seumuran dengan anak pertama tadi. 

"Oom.. Kasih buat beli buku oom.." Kata anak kecil itu lagi.

"Lhooh.. Tadi buat makan, sekarang buat beli buku. Yang bener yang mana?" Tanyaku.

"Oom.." Katanya terus menerus sambil mengadahkan tangannya ke arahku.

"Makan ya? Kalau makan aku mau bayarin. Aku nggak mau ngasih uang." Jawabku tegas. Anak kecil itu hanya melihatku lalu berlari ke depan warung dan menghilang dari pandanganku. Aku kebingungan tapi nggak begitu kupedulikan, mungkin dia nggak jadi makan karena dia pengen uang sedangkan aku nggak mau ngasih lalu dia lari.

Tapi tak berapa lama dia kembali lagi bersama 4 orang anak lainnya yang kira-kira seumuran. Aku kaget setengah mati. Si bapak penjual juga kaget tapi lalu menahan tawa melihat banyaknya anak di warungnya, terutama mimik mukaku yang terlihat sangat berubah sedikit panik. Aku membalikkan badan membelakangi si bapak penjual. Mencuri lihat ada berapa uang di dompetku sambil mengira-ira  berapa habisnya makan malamku dan rombonganku ini. Masih 130 ribu, kaliatannya masih aman, batinku.

"Sana pesen semua ke bapaknya." Kataku sambil menunjuk bapak penjual yang masih tersenyum lebar. 

"Saya yang bayar pak!" Tentu saja omonganku aku tegaskan dan kuarahkan supaya bapak penjual itu tau. Maksudnya agar bisa sedikit menutupi rasa maluku pada saat itu.

Anak-anak itu memesan makanan dan minumannya, setelah itu mereka duduk bergerombol bersama dua anak yang tadi telah datang duluan. Aku menyingkir dari tempat dudukku semula yang akhirnya diambil alih oleh anak-anak itu. Aku melepaskan ketegangan dengan membakar rokokku sambil tetap memperhatikan anak-anak tadi. Jumlahnya sekarang 6 orang, ditambah aku jadi 7. Aku sudah siap kalau uangku nggak cukup, aku bisa meninggalkan ktp atau simku di warung ini.

Akhirnya pesanan mereka datang. Pada saat mereka makan aku masih berusaha menyeramahi anak-anak itu tentang moral, jeleknya mengemis, dan kesehatan mereka, ditambah dengan sedikit ancaman.

"Pokoknya kalau besok malem aku masih liat kalian minta-minta, aku laporin kalian ke Satpol PP!"
Anak-anak itu hanya terdiam sambil terus menikmati makan malam mereka.

"Heh, dengerin itu omnya ngomong!" Kata bapak penjual yang mendekat sambil mengambil piringku yang kosong. Beberapa anak mengiyakan, dan beberapa anak lainnya hanya mengangguk.

Ah, sudahlah, mereka hanya anak kecil yang belum tau apa-apa batinku.

Aku sesaat memperhatikan mereka dan membayangkan apabila aku menjadi salah satu diantara mereka. 

"Tuhan, Selamatkan masa depan mereka.." Kataku dalam hati.

Aku menghabiskan rokokku lalu membayar semua pesananku dan anak-anak itu. Yak, sisa 20 ribu.  Aku lalu berpamitan kepada bapak penjual dan anak-anak itu.
Di atas motorku menuju perjalananku pulang ke kost,  aku masih mengingat kejadian tadi sambil tersenyum geli.

Terima  kasih semesta, hari ini aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk berbagi. Tapi besok lagi, kabari aku sebelumnya agar aku bisa menyiapkan uangku dan memberi mereka lebih dari sekedar makan malam.


Cerita ini buat semua anak-anak di dunia yang terpaksa bekerja dan kehilangan masa kecilnya. 
Aku tahu Tuhan akan selalu melindungimu teman-teman kecilku.